Thursday, September 3, 2015

0

My Book: Kasih Tak Sampai by Nulisbuku

Posted in , , , , ,
BUKU UTAMA
Seri Kasih Tak Sampai, Tulisanku ada di Buku 8, urutan no. 2 atas kiri

Kasih Tak Sampai - Buku Delapan
0 Colour Pages & 136 B/W Pages
Kategori: Kumpulan Cerpen
Harga: Rp 49900
Di bulan Februari kami menuliskan kisah cinta ini. Menuliskan sebuah kisah yang tak biasa. Sebuah kisah cinta yang tak pernah selesai. Kasih yang tak pernah sampai.
Berapa banyak kita mengirimkan cinta untuk seseorang yang kita suka, namun cinta tersebut tak pernah tiba di tempat yang kita inginkan? Kami yakin kamu tidak sendirian. Ada begitu banyak kisah kasih yang tak pernah sampai oleh karena beberapa sebab yang mengakibatkan banyak pertanyaan. Dan pertanyaan-pertanyaan tersebut semakin lama semakin menumpuk. Hingga kita akhirnya menyadari bahwa tidak semua pertanyaan-pertanyaan di dunia ini ada jawabannya.
Tentang kisah cinta seperti itulah buku-buku ini. Kisah kasih yang tak pernah tak sampai.




Antologi terbaruku. Ini adalah hasil dari perlombaan menulis cerpen yang diadakan oleh nulisbuku beberapa waktu silam. Aku yang merasa iseng, dan kebetulan memiliki sisa naskah yang nangkring di laptop, maksudku, ini sisa penggalauan minggu lalu yang belum sempat kuapa-apakan, lalu menemukan kabar itu, sontak mengirim dengan....pastinya mepet deadline, dong! (Duh, jangan dicontoh!)

Juri dari panitia lomba nulisbuku,com ini harus rela jarinya keriting demi menyeleksi ribuan naskah yang masuk. Andai itu lembaran uang, ya, Bang, bukan worksheet!

Alhasil, ketika pengumuman, naskahku lolos untuk diterbitkan bersama naskah lolos lainnya. Mungkin dari ribuan itu tersisa hanya kurang lebih dua ratusan atau berapalah. Naskahku masuk ke buku delapan, artinya, naskahku nggak terlalu bagus tapi nggak buruk jugalah, yang pasti masih dalam takaran layak. Hehe.

Spoil? Tenang, ini masih tentang kamu, kok.


================================================================================

MATA TEDUH ITU BUKAN UNTUK KUMILIKI
Oleh: Atika Rahma F.


Kualunkan kembali pena dalam jemariku dengan tak berdaya, menggores kertas putih itu. Sudah kuduga, sosok yang terlukis indah itu seolah menggodaku untuk menikmati tiap garis-garis wajahnya yang tegas. Gitar dalam genggamannya seakan-akan ingin menarikku terhanyut dalam tiap petikan melodinya yang saling bergumaman. Menyanyikan lagu indah, yang tak pernah kutahu kepada siapa bait-bait itu berlagu. Entah aku, dia, atau siapapun—aku mencoba tak peduli.
            Aku berhenti melukis. Sejenak kuarahkan mata pada jendela kaca yang mengembun. Deras hujan yang turun selalu mengingatkanku pada setiap keresahan hati yang membelenggu. Segala omong kosongmu tentang cinta. Segala percayaku pada rasa yang sama. Barangkali, ini memang kesalahanku, bagaimana aku bisa mencipta akhir pada kisah yang tak bermulai ini?
            Di bawah langit-langit atap kampus dengan redup redam lampu neon kala itu, berani kukatakan untuk pertama kalinya aku bertemu dengan sosok lelaki tampan yang mahir mengumbar jurus hipnotisnya, sehingga dengan sekilas mataku, kuberbisik dalam hati bahwa ia berbeda.
            Aku tidak pernah main-main ketika jatuh cinta. Bahkan ketika kau hadir untuk sedetik saja, ruang di hatiku sudah terpenuhi oleh sebentuk wajah dengan mata yang meneduhkan. Lewat mata yang kutangguhkan untuk membuatmu membalas tatapan itu, diam-diam aku mulai merangkai sebait doa yang kurapal kepada Tuhan, “Ciptakanlah kisah yang terindah dan tak pernah terlupakan.” Lalu, ketika malam kupejamkan mata, aku dapat merasakan kehadiranmu yang tanpa membawa jarak. Kau tersenyum kepadaku. Manis.
               "...."
===============================================================================

Sudah, ya, nanti kamu ketagihan. Go, grab that book fast! Here.

0 comments: